Dari foto sangat jelas kalau bapak terlihat lebih tua di usia 63 tahun dari pada usia 70 tahun. Salah satu penyebab utamanya adalah Rokok.
Alasan pertama kali bapak merokok adalah karena “ Bapak merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha tani milik kakek”
Sekitar tahun 1968, Saat bapak kelas 1 SMP, kakekku menanam tembakau. Ketika tembakau selesai dipanen, biasanya langsung dikeringkan, dan diiris-iris. Bapak memiliki peranan penting di usaha kakekku ini. Karena Bapak ditugaskan oleh kakek sebagai QC (Quality Control) atau Tester. Setiap tembakau yang akan dijual biasanya dicoba terlebih dahulu oleh bapak.
Bapak yang masih bocah dan lucu-lucunya itu menggulung tembakau menggunakan daun nipah atau kulit jagung. Setelah itu bapak menghisap rokok buatannya. Bapak menganalisa kualitas tembakau dengan sangat baik. Katanya kalau saat menghisap rokok kepalanya tidak terlalu pusing maka kualitas tembakau tersebut rendah dan jika dijual ke pengepul harganya juga rendah. Namun bila menghisap rokok kepalanya sangat pusing maka kualitas tembakau tersebut tinggi dan harganya juga tinggi,
Hal tersebut membuat bapak kecanduan, dia tidak bisa terlepas dari rokok. Di setiap harinya selalu ditemani dengan asap kepulan rokok. Dia jauh merasa lebih tenang ketika merokok. Namun saat bapak kuliah. Bapak mulai sakit, Bapak merasa dadanya nyeri, batuk-batuk, sesak susah bernafas, berat badan turun drastis dan berkeringat di malam hari. Dokter mendiagnosa bapak terkena TBC. Bapak merasa sangat tersiksa saat itu. Pengobatan berlangsung sekitar 6 bulan.
Tapi apakah peristiwa tersebut membuat bapak berhenti merokok? Ternyata “Tidak”. Bapak tetap saja merokok. Di hampir semua aktivitasnya dia selalu merokok. ketika nongkrong di kedai kopi, ketika sedang di pesta-pesta, ketika sedang bekerja di ladang, bahkan ketika mengajar di depan murid-murid bapak tetap merokok. Kata bapak saat merokok perasaannya dia mendapatkan kemampuan Ilahi untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang paling rumit sekali pun.
Sekitar tahun 2017, bapak memeriksa jantungnya, ada sedikit yang tidak normal namun tidak terlalu fatal. Adikku si Firdaus pun mencereweti dan menasihati bapak dengan segenap hati, jiwa dan pikirannya. Dan Puji Tuhan, Hati bapak tersentuh. Bapak bertekad untuk berhenti merokok. Awalnya memang sangat susah, begitu banyak godaan. Apalagi jika sedang duduk ngobrol di pesta- pesta, pasti bapak ditawari rokok. Namun Bapak sudah bertekad untuk tidak memegang rokok bagaimana pun caranya. Dan bapak pun berhasil berhenti merokok dan menjadi pewarta anti rokok. Sekarang jika bertemu dengan orang yang merokok, bapak selalu menasehati orang tersebut, bapak biasanya menunjukkan foto dia zaman dulu ke orang tersebut. Bapak juga menceritakan cara bagaimana dia bisa berhenti merokok. Bapak Sudah dapat dinobatkan sebagai Duta Anti Rokok.
Selain itu bapak juga rajin olahraga. Bapak selalu bangun cepat di pagi hari. Biasanya sekitar jam 5 pagi bapak lari-lari kecil sambil menekan-nekan hand grip atau mengangkat dumbbell. Bapak melakukannya di ruang tengah, ruang tamu, dapur atau dimana saja . Kolestrol bapak pernah agak naik. Setelah itu bapak sangat menjaga makanannya. Dia lebih suka memakan ikan. Jika dia memakan daging karena terpaksa dia akan merasa sangat bersalah dan berdosa.
Kami pernah membeli durian, wanginya sangat menggugah selera. Saat kami sudah menyantap durian dengan lahapnya. Bapak masih diam dan mengambil hpnya. Aku mengintip apa yang dia buka di hp. Ternyata dia sedang mencari di google “ Kadar kolestrol pada durian”. Ternyata kadar kolestrol di durian rendah, bapak pun melahapnya dengan ceria. Aku tertawa geli melihatnya. Bapak membalasku dengan muka serius tapi lucu “ Gedang dengga teku nggeluh “ yang artiya “aku masih mau umurku panjang”.
Aku kagum akan konsistensi bapak.