Saat duduk di bangku TK, keponakanku si Ica kelihatan sangat lucu namun pemikirannya jauh lebih lucu dan lebih lawak.
Di toko mainan, Ica memilih mainan dan meminta persetujuan mamanya untuk membeli mainan tersebut. Mama ica tidak memperbolehkannya karena mainan tersebut terlalu mahal. Ica terlihat kebingungan lalu bertanya “ Mak kok mahal ini? Kan gampangnya cari uang”. Mama ica agak kaget mendengar pernyataan Ica. Ia lalu bertanya kepada Ica “ Ca kenapa gampang cari uang?”. Lalu ica menjawab dengan muka polos dan imutnya “ Gampang mak, tinggal datang aja kita ke ATM, masukkan kartu ke mesinnya, keluar banyak uang”. Mendengar pernyataan ica yang terlalu unik , Mama Ica kebingungan untuk menjawab apa.
Karena itu Mama Ica membuat strategi. Jika ingin membeli mainan harus dari tabungan sendiri kecuali event tertentu seperti ulang tahun, jika berprestasi, natal, paskah atau saat suasana hati Mama Ica sedang baik. Si Ica pun diberikan celengan yang ada gemboknya. Ica diberikan jajan senilai 10 rb per harinya. Namun ternyata Ica tidak mau jajan, Ia lebih memilih untuk memasukkan semua uang jajannya ke celengan. Alasan Ica tidak jajan di sekolah karena di rumah juga tersedia cemilan yang enak.
Saat Ica meraih juara di kelasnya, Mama ica mengajaknya ke toko mainan. Ica boleh membeli mainan dengan budget tidak boleh lebih dari 100rb. Ica berkeliling , mencari mainan yang ingin dibelinya. Ia menemukan mainan yang sangat lucu, mainan peralatan supermarket. Namun setelah Ia melihat harganya ternyata 150rb. Ica berpikir “ Haduh harganya lebih 50 rb, apa aku beli yang lebih murah saja ya?”. Ica pun berkeliling mencari mainan yang lebih murah, namun dia tidak menemukan mainan yang ia suka. Ica pun akhirnya memutuskan akan membeli mainan peralatan supermarket yang harganya 150 rb tersebut. Ia pun bernegosiasi dengan Mamanya. Ica berkata ke mamanya “ Mak, aku mau beli mainan namun harganya kelebihan 50 rb, nanti 50rbnya aku bayar ke mamak dengan tabunganku ya”. Mama Ica menjawab “ oke boleh”. Sampai di rumah Mama ica menagih 50 rb ke Ica. Dengan sedikit agak berat hati ica memberikan 50 rb ke mamanya.
Karena Ica ingin punya tabungan yang lebih banyak, Ia jadi lebih kreatif dan jiwa bisnisnya mulai terlihat. Mama ica kebingungan mengapa ica mengumpulkan tipeks berpita yang sudah habis, padahal tidak berguna dan boleh dibuang saja. Namun ternyata ica menjualnya ke teman-teman di kelasnya, katanya tipeks yang sudah habis tersebut boleh dibuat jadi mainan dan teman-teman ica sangat menginginkannya. Terkadang ica juga membawa cemilan dari rumah lalu menjualnya ke teman sekolahnya. Ica sangat bahagia tabungannya bisa bertambah.
Ica juga bernegosiasi ke Mamanya. “ Mamak kan susah cabut uban sendiri, sini kubantu tapi satu uban harganya seribu ya” . Mama ica menjawab “ oke ca”. Ica mencari uban dengan teliti namun ternyata uban mamanya sedikit jadi susah untuk mencarinya. Ica berkata ke mamanya “ ahh sedikit kali uban mamak”. Mama ica berkata “ Ohh jadi Ica pengen mamak cepat tua banyak uban gitu?”. Ica menjawab “ Bukan gitu mak, naik lah harga uban mamak ya, satunya jadi dua ribu”
Namun dengan berjalannya waktu Ica tidak mau lagi mencabut uban mamanya, karena uban mamanya semakin banyak, ia takut mamanya botak. Kata ica “ Mamak tetap cantik walau beruban, ga usah dicabut lagi ya”
Aku sangat kagum dengan kakakku yang secara tidak langsung mengajarkan ke anaknya management keuangan sejak dini. Manajemen keuangan sejak dini sangat penting untuk seorang anak karena akan membentuk karakter dan kebiasaan mengelola keuangan mereka di masa depan. Anak akan lebih mengenal makna uang, kebiasaan menabung, hingga menekan gengsi dan mendahulukan kebutuhan dari pada keinginan.