Kamis, 15 Agustus 2019

Saint John The Baptist



Di pertengahan tahun 2017, diadakan pameran karya seni ternama dunia di sebuah universitas di England. Beberapa karya dari Auguste Rodin (1840-1917) seorang pemahat terkenal dari Perancis pun turut ditampilkan di sana. Selain patung perunggu Le Penseur atau The Thinker ataupun Sang Pemikir yang sangat populer itu, terdapat karya lainnya yakni patung Saint John the Baptist atau Santo Yohanes Pembabtis.

Model patung biasa saja tanpa atribut ‘orang suci’ atau ‘sanctimony’ yang biasa dipakai untuk mengidentifikasi santo dan santa. Yohanes Pembabtis-nya Rodin hadir dalam kebersahajaan. Hanya tangan kanan yang diangkat bebas ke udara dengan wajah kurus menggambarkan dia lah, ‘the preacher’ atau sang pengkhotbah, yang berseru dari padang gurun. Namun, sungguh ada rasa haru di hati ketika memandangi patung sang pembabtis tersebut.

Rodin sendiri ternyata menangis sebelum memahat patung tersebut. Dalam wawancara dengan seorang penulis bernama Dujardin-Beaumetz (1913), Rodin mengatakan bahwa patung itu terinspirasi dari seorang petani dari Italia yang bernama Pignatelli. Sosok yang tampak keras dan kasar namun wajahnya memancarkan cahaya mistik yang sulit dijelaskan. Rodin segera teringat akan Yohanes Pembabtis: seorang visioner, beriman, sahabat alam, dan pendahulu yang datang untuk mengumumkan Seseorang yang lebih besar dari dirinya. Begitu melihat petani tadi, Rodin menangis dan segera memutuskan memodelkannya dalam figur Yohanes Pembabtis.

Bukan hanya Rodin, bukan hanya saya, Yesus sendiri pun pernah menangisi Yohanes Pembabtis. Sungguh, dialah sosok sejati yang ‘tidak biasa’.

Hal yang ‘tidak biasa’ dari Yohanes Pembabtis pun diungkapkan oleh Yesus di dalam Injil Matius. Ada ambiguitas yang tidak biasa ketika Yesus berkata bahwa Yohanes Pembabtis adalah seorang yang paling besar di antara yang dilahirkan, namun di sisi lain Yesus kembali berkata (tentu bukan bermaksud merendahkan Yohanes) bahwa yang terkecil dalam kerajaan sorga lebih besar daripada sang pembabtis.

Yohanes dengan kerendahan hatinya paham betul perannya dalam ‘karya keselamatan’. Meski dia telah terlebih dahulu populer, memiliki pengikut, bahkan perkataannya dinantikan banyak orang, dia rela ‘menjadi kecil’ di hadapan Yesus yang pada masa itu belum populer. John Dominic Crossan seorang professor kajian agama dari DePaul University, Chicago menafsirkan bahwa Yohanes Pembabtis rela visinya yang terbangun tentang Tuhan dan Kerajaan Surga digantikan oleh Yesus. Yohanes mundur dan Yesus ‘Sang Kebenaran Sejati’ harus maju.

Kini, adakah alasan untuk tak menangis haru di hadapan figur seperti Yohanes Pembabtis yang merelakan diri menjadi subordinat bahkan tersingkir demi ‘kebenaran’?

Siapakah yang sanggup menjadi rendah demi meninggikan yang lain?

*Milda Pinem*

Senin, 06 Mei 2019

Memelukku Dalam Risikan Malam


" Cinta selalu membutuhkan ketidaksempurnaan untuk membuktikan kesempurnaannya"

Tempat itu,  aku benci tempat itu

Tempat itu menyaksikan sakit yang meremukkan harapanku
Tatapan yang kosong karna sakit yang menguasai kepalaku

Aku terus bergumul dalam keluhan dan melupakan harapan

Ya aku tak sempurna,  namun sang pahlawanku memelukku dalam risikan malam
Menemaniku saat mata itu tidak dapat berkompromi untuk beristirahat 

Minggu, 05 Mei 2019

Mata


Tahukah engkau apa maksud dari pantulan cahaya yang terbias dan terdefenisikan dimatamu,

Tatapan mata bisa mendefenisikan banyak arti,  arti yang menjernihkan kalbu yang memudar.  Terkadang pantulan cahaya itu memaksamu untuk tidak berbohong.

Pikiranmu dan perasaanmu tanpa dipaksa akan memancar dan terpantul dari matamu

Masalah


Ketika Tuhan memecahkan masalahmu,  kamu memiliki kepercayaan pada kemampuan-Nya

Ketika Tuhan tidak memecahkan masalahmu,  Dia memiliki kepercayaan pada kemampuanmu

Masalah

Mengapa selalu harus ada masalah
Tuhan datang ke dunia ini karena masalah

Begitu juga dengan aku,  harus menghadapi masalah
Seperti Yesus
Dari tanah liat yang tak terbentuk
Kan menjadi bejana yang indah

Apakah Hal Mistis Itu Nyata?

  Drama korea Revenat menceritakan tentang Goo San Young (Kim Tae Ri) yang menerima sebuah peninggalan relik ikat rambut merah dari almarhum...